TendaBesar.Com - Opini - Aku mau blak -blakan ngomong. Mengapa sejak reformasi itu kok negara ini makin kacau balau. Sebetulnya kata kuncinya hanya satu, karena banyak orang menduduki pos yang sebetulnya ia gak kuasai.
Banyak orang menjadi Menteri, Wakil Menteri staf ahli Menteri, Direksi BUMN, Komisaris BUMN, BMUD, dll termasuk pengambil kebijakan penting kainnya adalah orang-orang yang nggak kompeten dengan bidang yang dipegang.
Saya gak ngomong kejadian penempatan orang yang salah di era Pak Jokowi saja , pokoknya sejak reformasi. Saya sempat geleng-geleng bagaimana hutan gak rusak , lha wong Menterinya ada yang sarjana Ekonomi, pernah juga orang Bursa, bahkan dari organisasi Islam, dan semua memang orang-orang partai, temannya Presiden, atau orang-orang yang direkom oleh partai atau Timses.
Demikian juga Menteri Perinduatrian, di jaman Pak Harto , dipegang Pak Hartarto dan Menteri Muda Pak Tunky Ariwibowo, untuk beberapa periode kemudian di era reformasi dipegang pensiunan Tentara, mantan Direktur Keuangan perusahaan mobil, orang partai dll yang rata-rata gak berkecimpung atau minim paham dengan dunia industri.
Setali tiga uang dengan Kementerian Perdagangan, di jaman Orba kita punya menteri -menteri berkelas internasional yang sangat pandai melakukan lobi dagang dengan negara lain, sehingga ekspor kita selalu merajai di negara lain, di antara Mendag yang hebat itu antara lain: Prof Sumitro Djojohadikusumo, Radius Prawiro, Rahmad Saleh, Arifin Siregar , dan Prof Sudrajat Djiwandono.
Namun setelah reformasi yg jadi menteri perdagangan dari pengamat ekonomi, pengusaha, dan pedagang yang benar-benar "berjiwa dagang", sehingga yang terjadi bukan ekspor kita yang meningkat , tapi Indonesia malah kebanjiran barang impor, akibatnya pabrik-pabrik di Indonesia sampai petani semua ambruk.
Di Kementerian Pertanian di jaman Orba, keren-keren banget hingga kita bisa swasembada pangan ( beras, jagung dll), termasuk bisa swasembada kedelai lho! ( sekarang kedelai hampir 100 persen impor dari Amerika), bahkan di jaman Orba kita sering dapat penghargaan dari FAO( badan pangan dunia).
Di antara Menteri-menteri Pertanian yang keren-keren di zaman Orba itu adalah Achmad Affandi, Wardojo, dan Syarifudin Baharsyah. Namun setelah reformasi menteri-meneri di Kemnterian Pertanian kebanyakan diduduki orang-orang partai. Dan yang terjadi sekarang banjir impor pangan dari beras sampai singkong.
.
Yang ngenes Dinas Pertanian di daerah sekarang masuk Pemda, akibatnya karyawan di Dinas Pertanian banyak berlatarbelakang ekonomi, hukum dan disiplin ilmu lain yang jauh dari Ilmu Pertanian. Bahkan berbagai Lembaga Penyuluhan saja sekarang raib.
Sudah ah capai membandingkan , bagaimana profesional menteri dulu. Suka atau gak suka jaman Pak Harto ekonomi tertata. Bahkan gak ada Kementerian Kelautan ( dulu di bawah Departemen Pertanian) laut kita justru aman -aman, tapi setelah reformasi dan ada Kementerian Kelautan yang lagi-lagi menterinya banyak diduduki orang Partai , laut kita malah terkuras, dan di Kementerian ini termasuk yang Menterinya banyak masuk bui karena korupsi.
Penyakit memilih orang yang salah ini juga merembet pada Menteri-menterinya saat memilih para asisten ( staf ahli) , meski judulnya "ahli" tapi semua juga inner circle-nya sang menteri atau titipan partai, demikian juga di perusahaan-perusahaan BUMN, para direksi dan komisarisnya bukan rahasia umum lagi hampir semua juga titipan Partai dan Tim Sukses.
Di jaman Pak Jokowi ini yang saya mau sorot sebetulnya banyaknya pengusaha yang dijadikan Menteri. Padahal pengusaha-pengusaha itu gak semua usahanya sukses, bahkan babak belur dalam mengendalikan bisnisnya. Wong menjalankan bisnis sendiri saja gak mampu kok yang diangkat menteri, terus profesionalnya dimana?
Mari kita berdoa, semoga suatu saat kelak kita punya Presiden dan Pemimpin-pemimpin di tingkat manapun yang gak bisa didikte pemilik Partai, gak bisa didikte Tim Sukses, dan yang penting lagi gak seenaknya ngangkat pejabat hanya karena orang-orang dekatnya, padahal aslinya orang itu hanya modal menjilat doang.
Adakah orang seperti itu? Masih belum ada bayangan, karena meski secara kwalitas banyak yg mampu jadi pemimpin, tapi sayangnya masih dikelilingi para inner circle bandit.Sehingga kadang muncul pertanyaan, kapan kita lepas dari cengkreman para pembisik atau inner circle yg rata2 minus nurani itu?
Sumber: FB Naniek S Deang