TendaBesar.Com - Opini - Wabah Corona yang masih mengancam masyarakat menjadikan kita semakin mendekatakan diri kepada Allah Ta’ala. Bagaimana tidak? Jumlah korban meninggal sudah lebih dari 1000 orang di Indonesia sementara di dunia lebih dari 100.000 orang. Ini tentu bukan jumlah yang sedikit, sehingga pemerintah sangat menekankan bahkan dengan ancaman hukuman bagi siapa yang tidak mematuhi aturan lockdown atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kematian karena virus ini memang terus bertambah sehingga menjadikan seolah-olah kematian itu ada di depan mata. Semua orang takut keluar rumah kecuali mereka yang karena kebutuhan hidupnya. Semua ingin selamat dari virus ini hingga tidak ada satu orang pun yang berani menantangnya, kalaupun ada lagi-lagi adalah nekat karena jika dia tetap di rumah akan mengalami kekurangan makanan. Maka semua ingin selamat darinya dan dapat melalui wabah ini dengan aman sentosa.
Pertanyaan yang muncul adalah “Bagaimana jika nanti kita selamat dari Corona?” sebagai orang yang beriman tentu saja jika kita nanti semua selamat dari wabah ini maka bersyukur kepada Allah Ta’ala adalah hal utama. Syukur dengan meyakini bahwa selamatnya kita adalah karena takdirNya, kemudian dilanjutkan dengan selalu mengucapkan syukur dan pujian dengan lisan kita, “Alhamdulillah...” dan yang terakhir adalah dengan mengimplementasikan syukur dengan amalan anggota badan kita.
Syukur dengan anggota badan adalah mengoptimalkan fungsi dari anggota badan tersebut di jalan Allah Ta’ala. Jika dulu sebelum Corona kita sibuk dengan segala bentuk kemaksiatan maka setelah wabah ini hendaklah kita menguranginya. Jika dulu sebelum Coron kita malas dan enggan beribadah kepadaNya, maka Corona mengajarkan kepada kita untuk selalu mendekatkan diri padaNya. Sehingga selepas Corona terus tingkatkan semangat kita dalam beribadah. Jika sebelum Corona kita mungkin cuek dengan agama Islam kita, maka Islam kita sangat terasa manfaatnya ketika Corona. Sehingga setelah Corona hendaknya kembali mempelajari Islam dan mengamalkan sebaik-baiknya.
Jika sebelum Corona kita bermuamalah dengan cara-cara yang diharamkan Islam seperti; riba, maysir, gharar, tadlis, najasy, ghabn, ihtikaar dan akad yang diharamkan dalam Islam lainnya. Maka setelah Corona kembalilah kepada ekonomi dan bisnis yang sesuai dengan syariah, segera tinggalkan riba dan jauhi semua bentuk muamalah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Jika Nanti Kita Selamat dari Corona maka teruslah meningkatkan iman dan takwa kita, takwa dalam makna Mengoptimalkan seluruh potensi jiwa dan raga kita untum nedapatkan ridha dari Allah Ta’ala. Jadikan semua yang kita miliki ini sebagai jalan untuk mendapatkan ridha dari Allah Ta’ala, jasad kita, kecerdasan kita, harta kita dan seluruh yang ada pada diri kita yang datang dariNya harus dijadikan wasilah untuk kejayaan Islam dan muslimin.
Jika Nanti Kita Selamat dari Corona jangan pula kebiasaan-kebiasaan positif untuk menjaga kesehatan, mencuci tangan, dan menjaga jarak aman itu dihilangkan. Teruskan terus kebiasaan-kebiasaan baik ini karena menjaga kesihatan adalah peruntah agama, muslim yang kuat lebih disukai oleh Allah daripada muslim yang lemah. Biasakan untuk selalu mencuci tangan, berwudhu dan selalu membersihkan badan. Jaga jarak aman, apalagi dengan yang bukan mahram karena akan membawa kepada kemudharatan.
Jangan sampai ketika Corona telah tiada kita kembali kepada kebiasaan lama yang menjadikan Sang Pemilik jagad raya ini murka. Berjanjilah dalam hati, ketika kita selamat dari Corona nanti akan terus menjadi pribadi yang baik (sholeh) baik secara personal maupun sosial. Akan menjadi baik untuk diri sendiri dan juga orang lain, karena setelah corona ini reda banyak sekali orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan kita. Tolong-menolonglah dalam kebajikan dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan maksiat, itulah titah dari Sang Pemilik Alam Semesta Dialah Allah Azza wa Jalla.