TendaBesar.Com - Jakarta - Cemas, itulah yang yang tersirat di wajah anakku pagi ini. Tak ada kata apa pun terucap dari bibirnya, dia lebih banyak memilih untuk diam, dan tak ada senyum manis terlihat diwajahnya. Seperti ada rasa tak nyaman yang sedang dipendam.
O...iya, baru inget, ternyata hari ini dia akan ujian hafalan Al Qur’an. Sejak kemarin dia bilang akan diuji kemampuan menghafalnya. Lain kemarin lain sekarang. Kemarin saat bercerita sangat semangat, tapi pagi ini, dia sangat beda. Bisa dimaklumi, hari ini adalah hari yang menentukan dia lulus apa tidak hafalan Al Qur’annya.
Hanya bisa tersenyum dan mencoba menyelami perasaannya. Perlahan ku dekati dia dan memberikan dukungan terbaik bahwasanya semua orang harus berani menghadapi ujian dan soal hasil serahkan kepada Allah. Yang terpenting sudah ada usaha untuk mempersiapkannya.
Mungkin sebagian besar kita pernah mengalami rasa cemas. Kecemasan adalah respon normal dalam menghadapi situasi sulit. Termasuk merespon sesuatu secara berlebihan. Diantara tanda kecemasan yang terlihat adalah perasaan khawatir, tidak fokus, panik, jantung berdebar-debar, bahkan sampai tangan dan kaki sampai berkeringat dingin.
Tak terkecuali, anak-anak pun bisa mengalami kecemasan. Kondisi yang masih labil membuat seorang anak belum bisa mengatasi masalahnya sendiri. Sudah selayaknya, orang tua membantu mengurangi kecemasan itu sehingga anak-anak tidak cepat cemas dan bisa mengontrol dirinya. Menjadi pendengar yang baik bisa membantu anak mengurangi kecemasan. Beri waktu untuk menceritakan secara terbuka. Biarkan anak menyelesaikan cerita dan perasaannya saat itu. Bertanya penuh ketenangan, sesekali berikan sentuhan lembut dibahunya. Berikan pengertian bahwa dia tak sendirian. Ada orang tua yang siap menemani dan memberi dukungan positif.
Yang tak kalah penting jelaskan arti kecemasan, berikan pengertian bahwa rasa cemas bisa terjadi pada setiap orang. Berikan juga contoh merefleksikan perasaaan dengan cara mengatur nafas, berpikir positif, dan melawan rasa takut. Terakhir berikan apresiasi bila anak berhasil keluar dari kecemasan itu.
Ditulis oleh: Hestin Setiyoningrum
Praktisi Islamic Parenting